RENUNGAN MALAM: “DOA SEORANG SAHABAT UNTUK SAHABATNYA”
Maaf...terlambat hadir....
Aku
mengharapkan mujizat kecil terjadi dengan signal internet dari sore
sampai malam ini baru terlaksana. Kadang kita harus menunggu lama
walaupun sudah berusaha. Tapi, bila kita renungkan maka rasanya indah,
soalnya waktu luang itu aku bisa buat hal lain. Cara Tuhan menyapa kita
sungguh indah; kadang unik, lucu, biasa2 aja tapi kadang Ia harus
meng-KO- kita seperti pernah Ia buat untuk Paulus di Damsyik.
Menemanimu
malam ini, tulisan ini lebih sebagai sebuah permohonan kepada Anda
sekalian untuk mendoakan para romo di mana saja mereka berada, dan dalam
keadaan apa saja mereka alami saat ini. Pengalaman teman tahbisanku
yang kukisahkan dalam tulisan ini hanya sebuah contoh dari banyaknya
teman romo yang mengalami suka-duka dalam pengalaman panggilan mereka.
Ini tidak mengatakan bahwa awam tidak mempunyai pergumulan dan masalah.
Akan tetapi, kumohon doamu malam ini khusus untuk para gembalamu,
terutama temanku ini. Biarlah Tuhan memberikan apa yang terbaik
kepadanya seperti Ia pernah sematkan imamat suci di hatinya.
Seorang
sahabat apa pun dia dan bagaimana pun tindakannya tapi ada yang pasti
bahwa ia telah mengisi hari hari sedih dan gembira kita dengan
kehadirannya, dengan canda tawanya, dan dengan segala macam sikap dan
tingka laku yang ia miliki.
Cerita teman-teman di meja
makan siang tadi tentang kisah teman tahbisanku sebagai romo sungguh
membuatku malam ini tidak bisa belajar atau membaca materi kuliahku, dan
hanya berpikir, merenung dan bertanya;
“Ada apa dengan imamat suci yang termetaraikan dalam diri dan hati temanku itu.”
Memang, kesalahan pribadinya pasti sangat mempengaruhi kondisi
kejiwaannya tapi aku tidak mau bertanya dan mempertanyakan alasan-alasan
di balik itu, karena kenyataan bahwa temanku sekarang mengalami
gangguan jiwa adalah sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan salib yang
harus dipikulnya kendatipun saat ini ia sendiri tidak menyadarinya.
Menangisi
penderitaannya mungkin bukan sebuah jawaban. Pergi, membantu dan
menemaninya sebagai seorang sahabat pasti sangat tidak mungkin untuk
saat ini. Dari kejauhan mata dan tempat, aku hanya bersimbah di hadapan
DIA Yang telah memanggilnya dan memanggilku menjadi imam-Nya seraya
memohon kiranya bila mungkin datanglah malam ini ke kedalaman jiwanya
untuk menjadi selimut bagi imam-Mu, temanku itu. Biarlah Engkau sendiri
menemaninya di malam penuh kesesakan ini. Bukankah Engkau sendiri dulu
pernah mengusir roh jahat yang merasuki jiwa-jiwa yang hidup di masa-Mu?
Tuhan, aku tidak memaksa-Mu untuk melakukan mujizat seperti dulu kepada
temanku agar aku sungguh percaya bahwa Engkau ada di sana, di dalam
kerinduan terdalam jiwa temanku, tapi aku mau percaya bahwa
“apa
pun keadaan jiwanya saat ini, tapi ia adalah imam-Mu yang telah
Kausematkan imamat suci di atas pundak kelemahannya sebagai seorang
manusia, dan di dalam jiwanya sebagai imam-Mu.”
Lewat
kisah ini, aku mau mengajak teman-teman untuk berdiam diri sejenak di
hadapan Tuhan seraya mendoakan teman-temanmu yang mengalami masalah dan
problem dalam hidup keluarganya, dalam hidup panggilannya, dan dalam
bentuk apa pun hidup yang mereka jalani saat ini. Mereka mungkin tidak
sempat bahkan tidak berani mengatakan jujur kepadamu tentang kebenaran
kisah hidup mereka, namun suara nubari mereka tetap mendambahkan bantuan
dan doa-doamu sebagai seorang teman. Semoga malam ini, teman-teman kita
yang bermasalah dalam hidup dapat merasakan kehangatan pelukan sang
Bunda. Bunda Maria, gendonglah teman-teman kami seperti engkau sendiri
pernah menggendong Tubuh Terkulai Sang Putra dalam pelukan mesra
keibuanmu.